DELIRIUM (DELIRIUM #1)

✮✮✮✮

Judul Buku : Delirium
Pengarang  : Lauren Oliver
Penerbit     : Mizan
Jumlah Halaman : 518 Halaman
Penerjemah : Vici Alfanani Purnomo
Segmen : Remaja, Dewasa Muda
Genre : Dystopia
“Aku mencintaimu. Ingat. Mereka takkan bisa mengambilnya. ” ~hal 515

“Kau takkan bahagia kecuali kau pernah merasa tak bahagia, kau tahu?” ~hal 34
Jadi kuberitahukan kau suatu cerita :
Pernahkan kau membayangkan kalau cinta itu adalah sebuah penyakit berbahaya? Dimana gejala-gejalanya adalah :

STADIUM SATU :
kegirangan; sulit berkonsentrasi
mulut kering
banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat
pusing dan bingung
berkurangnya kesadaran mental; pikiran yang berpacu; hilangnya kemampuan menalar

STADIUM DUA :
periode euforia; tertawa histeris dan energi yang meluap-luap
periode putus asa; lesu
perubahan nafsu makan; penurunan atau penambahan berat badan yang cepat
keterpakuan terhadap satu hal; kehilangan minat terhadap hal-hal lain
kerusakan kemampuan logika; penolakan realitas
kacaunya pola tidur; insomnia atau kelelahan terus-menerus
pikiran dan tindakan yang obsesif
ketakutan berlebihan, cemas
STADIUM TIGA (KRITIS) :
sulit bernapas
nyeri di dada, tenggorokan, atau perut
sulit menelan; tidak mau makan
kehilangan akal sehat; tingkah laku yang tidak konsisten; pikiran dan fantasi yang bengis; halusinasi dan delusi
STADIUM EMAPT (FATAL) :
kelumpuhan emosi atau fisik (sebagian atau total)
kematian
Lena hidup dalam dunia yang dihantui oleh suatu penyakit yang bernama Amor Deliria Nervosa namun Lena tidak perlu khawatir lagi, sebab pada saat itu penawarnya sudah ditemukan dan setiap orang yang berusia 18 tahun akan menjalani prosedur berupa operasi agar mereka dapat disembuhkan dari penyakit cinta dan setelah disembuhkan mereka akan selalu merasa damai dan bahagia. 

Lena hidup dengan mempercayai CINTA adalah sebuah penyakit, namun beberapa minggu sebelum dia menjalani prosedur penyembuhan, hal yang tidak pernah diduga Lena terjadi padanya, hal yang tidak pernah diinginkannya, yaitu Lena mengalami jatuh cinta. 

Deliria menguasai Lena begitu hebat, membuat semua yang selama ini dipercayai dan menjadi pedoman hidupnya seolah runtuh dan terbalik, dan satu hal pasti Lena justru mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya saat dia jatuh cinta atau terinfeksi dengan Deliria bersama…. Alex. 

Kesan Saya :
Saya baca versi lokal dan dalam versi lokal, ada beberapa premis di cover seperti ini :

“Versi distopia Romeo and Juliet yang layak menjadi sebesar Twilight.”
“Kombinasi antara The Handmaid’s Tale dan Twilight….”
Jujur yah baca premisnya, reaksi saya seperti ini  :



Oke, saya paham, lagi-lagi strategi marketing untuk menarik para Twihard, tapi sejujurnya, saya harap untuk berikutnya setiap novel YA dengan genre romance cukup pede untuk tidak menambahkan embel-embel Twilight version of bla-bla. Karena menurut saya pribadi, Twilight bahkan tidak cukup bagus untuk sebuah novel romance (sorry, just my humble opinion) dan tidak semua pembaca YA menyukai romance menye-menye dan dangkal ala Twilight. 

Ok, back with review :

Sejujurnya karena premis Twilight ala distopia, saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa waktu awal membaca novel ini. Selain itu yang membuat saya merasa bosan adalah deskripsi   yang terlalu detil dan panjang, dengan kata lain terlalu banyak penjelasan yang tidak perlu, macam saat suasana hati Lena sedang gelisah atau marah, pengarang juga menambahkan penggambarannya melalui perumpamaan cuaca, pemandangan, alam, dll. Oke, maksudnya mungkin agar terkesan puitis karena ini novel romantis, tapi bagi saya yang gemar berimajinasi, yang ada malah merasa terganggu, tidak fokus dan teralihkan. 

Untuk setengah bagian pertama buku, cerita cenderung lambat dan tampak normal (tidak ada sesuatu yang benar-benar “intense”), persahabatan Lena dan Hana, hari kelulusan, rutinitas Lena sehari-hari sebelum prosedur dan ditambah lagi gaya penulis dalam mendeskripsikan segala sesuatunya yang kadang terlalu panjang dan bertele-tele, membuat saya merasa bosan membacanya. Jadi saya awalnya berpikir, “The story is okay, I will rate this book 3 stars.”



too much unnecessary description, maybe I will give 3 stars.

Lalu memasuki pertengahan cerita saat Lena dan Alex mulai saling pacaran diam-diam. Cerita lebih menarik, seperti informasi mengenai alam liar dengan gaya hidup ala hippie  atau seniman bohemian. Juga yang menarik adalah pengembangan karakter Lena, dari yang tadinya gadis biasa-biasa dengan low self esteem, menjadi rebel dan yang saya suka disini adalah meskipun jatuh cinta, Lena tidak melupakan BFF-nya Hana. Selain itu, saya suka bagaimana pengarang membuat kita menyukai karakter Alex melalui interaksi Alex dan Lena. Jadi pengarang tidak memberitahukan bahwa betapa perhatian, baik dan tidak sombongnya Alex untuk membuat pembaca menyukainya. Ini adalah salah satu contoh dari istilah “show it and don’t tell” dan yang terpenting, Alex tidaklah digambarkan sebagai karakter yang sempurna ala Gary Stu. Flawless character is boring, isn’t it?



I’m enjoying the story so far, I will rate 3 stars and half. 

Tapi menjelang ending, inilah reaksi saya :



this is so intense, I’m sleepy but I cannot put the book because I’m too curious to find out what will happen next. 

Dan hanya ada SATU KATA untuk endingnya : KLIMAX


why the book ending is like that? but that’s way I LIKE IT, cannot wait for the sequel. 

Sekiranya saya tuntas dalam melaksanakan target saya untuk membaca 2 genre distopia sebagai tema reading challenge bulan Maret. Saya baca Divergent dan Delirium, dan tidak pernah saya terpikir untuk mengatakan ini, mengingat awal-awal Divergent adalah my kind of genre (action and fantasy) sedangkan Delirium adalah my second alternate genre because I only like romance as a spice. Namun setelah saya selesai membaca dua-duanya, saya rasa sebagai keseluruhan cerita, saya lebih menyukai Delirium, (I didn’t said it’s better but I prefer). Lauren Oliver membuat sebuah plot cerita yang baik : slow and detail at the beginning – interesting in the middle – intense near the end – climax ending. 

Review cover : Saya lebih suka yang aslinya, simpel dan tidak terlalu banyak main warna, yang versi Indonesia menurut saya agak norak dan seolah dibuat agar terkesan futuristik distopian, yang sebenarnya tidak perlu (IMO), I like simple and elegant, but it just my personal taste.

Terjemahan : bagus (luwes dan mengalir), saya tidak tau apakah ada typo, tapi kalau saya sampai tidak tau atau tidak merasakan ada typo, saya kira itu hal yang bagus 😀

Pertanyaan selanjutnya : Kapan sekuelnya mau diterbitkan?

Is the story better than Twilight ? Are you kidding me ?

This is really good story compared with a girl who fall in love with sparkling vampire. And  let’s stop said everything are better than Twilight. We make ourselves like a hater.  


Sumber gambar gif :

– monkey emoticon : www.laymarks.com
– gif lain adalah buatan saya dengan menggunakan gif generator, video diambil dari youtube (Vampire Sucks dan Hotel Transylvania) 😀

bye-bye

WITHER (THE CHEMICAL GARDEN #1)

✮✮✮
  • Judul Buku : Wither (Layu)
  • Pengarang  : Lauren DiStefano
  • Penerbit      : Kantera 

Sinopsis :

Pernahkah membayangkan apabila di masa depan terjadi krisis penurunan populasi manusia akibat sebuah virus? Di mana virus ini membuat umur manusia hanya sepanjang 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Lalu sesudah itu manusia akan mati. 

Akibat dari keadaan tersebut, maka akan banyak terjadi pernikahan dini dan akan banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan akibat orang tua mereka mati muda, dan karena ingin   menambah populasi secara cepat dalam waktu singkat, maka paraktek pernikahan poligami saat itu dianggap sangat wajar dan terutama usia pengantin wanita yang sangat muda, misal 13 tahun sudah dianggap pantas untuk menikah dan mengandung bayi.

Protagonis dalam buku ini adalah Rhine, gadis berusia 16 tahun yang diculik oleh para pengumpul, para pengumpul disini adalah sebutan untuk profesi penculik gadis-gadis muda untuk dijual kepada tuan rumah kaya untuk dijadikan istri-istri atau rumah prostitusi.  Rhine diculik dan dijual ke seorang tuan rumah kaya yang bermaksud untuk menjadikan Rhine salah satu istrinya. Meskipun menjadi istri dari seorang tuan rumah kaya, Rhine tidak bahagia terkurung dalam rumah mewah tanpa kebebasan, dan Rhine mencari segala cara untuk bisa melarikan diri. 

Kesan saya :

Lagi-lagi buku bergenre dystopia, dan ini buku ketiga yang saya baca yang bergenre dystopia. Pertama Uglies dan kedua the famous one, The Hunger Games. Jujur kata-kata dystopia sebenarnya baru bagi saya, dan ternyata setelah saya cek di gugel kata itu adalah kebalikan dari utopia. Bila utopia adalah sesuatu atau keadaan atau sistem yang ideal, baik, sempurna, maka dystopia adalah kebalikannya, dimana segala sesuatunya serba diatur, tidak menyenangkan dan jauh dari sempurna dan universe dalam dystopia biasanya mengambil setting masa depan atau post apocalypse, dunia setelah kehancuran besar baik itu karena bencana alam, wabah penyakit ataupun perang besar macam perang dunia. 

Sama halnya dengan Wither, mengambil setting masa depan, di mana keadaaan dunia kacau balau akibat eksistensi umat manusia terancam punah karena suatu virus mematikan yang membuat umur manusia pendek dan virus ini hanya menyerang para generasi muda. Karena itu banyak kekacauan dimana-mana, banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan, prostitusi bagi gadis-gadis muda adalah pekerjaan yang biasa, begitu pula dengan human trafficking, poligami dan praktek pedofilia. Karena manusia, terutama para perempuan sulit mencari pekerjaan pada masa itu akibat banyak kantor-kantor yang ditutup untuk dijadikan pabrik atau laboratorium. Mengapa laboratorium, karena banyak orang yang menjadi ilmuwan untuk mencari antidot atau obat untuk mengatasi virus mati muda yang menyerang anak-anak mereka. Namun para ilmuwan pun mendapat tentangan dari kaum pro naturalis yang ingin kehidupan berjalan tanpa intervensi percobaan genetik lagi. Sebab kaum naturalis menyalahkan keadaan sekarang adalah akibat dari perbuatan kaum ilmuwan.

Sayangnya cerita bukan mengenai perang kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan ataupun kaum pro ilmu pengetahuan, tapi lebih seputar drama mengenai kehidupan Rhine saat dia dijual para penculiknya ke seorang tuan rumah kaya untuk dijadikan pengantin. Bagaimana perasaannya yang selalu rindu dengan rumah dan saudara kembarnya.

Jadi cerita dalam buku 90% tentang kehidupan Rhine dalam rumah tuan muda kaya, Rhine menceritakan mengenai pernikahan poligami yang terpaksa dijalaninya, menceritakan mengenai persahabatannya dengan para istri lain dari tuan rumah, menceritakan mengenai rumah besar, megah dan mewah yang persis sangkar emas, menceritakan mengenai suaminya yang baik hati, lembut dan sabar dalam memperlakukan para istrinya dan tentu saja tujuan utama Rhine yaitu melarikan diri dari rumah tersebut, karena dia menganggap pernikahannya palsu sebab statusnya dia diculik dan dipaksa. Dalam setiap bab selalu disebutkan bagaimana Rhine mencari cara dan celah untuk kabur dari rumah tersebut dan mertuanya yang menyeramkan.

Mungkin karena buku pertama jadi penulis ingin pengenalan dulu mengenai universe dystopianya melalui POV Rhine. Tapi selain penjelasan mengenai universe dytopia, buku ini lebih banyak menuturkan mengenai dramanya dan bumbu romance Rhine dan si pelayan juga bagaimana Rhine mencoba menjaga dirinya agar tidak “disentuh” oleh suaminya. Sayangnya emosi karakter pendukung macam si suami dan si pelayan terasa kaku.

Sehabis baca, perasaan saya datar aja, tidak penasaran dengan cerita selanjutnya (saya dengar ini bakal trilogy) ataupun bersimpati & berempati dengan para tokoh di buku mungkin karena cerita yang beralur drama dengan penokohan karakter-karakter pendukung yang cenderung bersikap pasrah akibat keadaan pada masa itu, membuat cerita ini terasa kurang matang dan hambar.

Padahal bakal lebih bagus kalau fokusnya soal pertikaian antara kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan. Dan alur ceritanya dibuat lebih berkisar action dan petualangan sebagaimana genre dystopia (IMO). Tapi seperti yang saya bilang ini baru buku pertama, belum fokus untuk mencari antidot atau penyembuhan dan juga Rhine adalah tawanan jadi bagaimana bisa beraksi dan berpetualang 😀 

UGLIES (UGLIES #1)

✮✮✮½

  • Judul Buku : Uglies
  • Pengarang   : Scott Westerfield
  • Penerbit       : Matahati

Sinopsis : 

Ini adalah sebuah cerita tentang masa depan, tentang masa depan di mana seseorang dilihat dari fisik dan wajahnya. Tentang masa depan di mana manusia terdiri dari 3 kaum, yaitu kaum buruk rupa, kaum rupawan dan kaum spesial.

Semua manusia yang lahir ke dunia adalah buruk rupa, namun saat mereka mencapai usia 16 tahun, para manusia ini akan mengalami perombakan total secara fisik, di mana setiap senti tubuh mereka akan dioperasi, mulai dari tubuh bagian bawah seperti kaki hingga tubuh bagian atas macam wajah, bahkan tulang-tulang mereka pun ikut dioperasi demi mendapat hasil fisik yang proporsional, kulit wajah mereka pun dioperasi agar bisa terlihat halus dan mulus. Nantinya para manusia yang telah dioperasi akan menjadi tampan dan cantik dan mereka akan disebut kaum rupawan.

Tally Youngblood tidak sabar menunggu ulang tahunnya yang ke-16, di mana dia akan segera memasuki kehidupan kaum rupawan. Setelah lama menjadi kaum buruk rupa, bagi Tally, menjadi kaum rupawan bukan hanya berarti wajah yang cantik tapi juga kehidupan yang menyenangkan karena setiap harinya akan penuh dengan pesta-pesta. 

Sebelum dioperasi, Tally tinggal di suatu tempat asrama bersama-sama dengan anak-anak buruk rupa lainnya yang sedang  menunggu saat waktunya tiba bagi mereka untuk dioperasi menjadi kaum rupawan. Di sini Tally bertemu dengan Shay yang sesama kaum buruk rupa, namun berbeda dengan Tally yang begitu bersemangat dan tidak sabar untuk segera menjadi rupawan, Shay tidak tertarik untuk menjadi kaum rupawan dan sebelum sempat dioperasi, Shay sudah melarikan diri. 

Utusan kaum spesial datang ke asrama tempat Tally saat mengetahui hal tersebut, kaum spesial adalah rupawan bengis, mereka tidak hanya rupawan tapi juga sangat kuat dan menakutkan. Kaum spesial tidak senang mengetahui bahwa Shay berhasil kabur dan juga mengajak beberapa anak buruk rupa untuk tetap menjadi buruk rupa. Mengetahui bahwa Tally dan Shay berteman, mereka memerintahkan Tally untuk mencari Shay. Tally ingin menolak namun diancam bila ia tidak mau bekerja sama, maka Tally tidak akan diijinkan menjalankan operasi dan selamanya Tally akan menjadi kaum buruk rupa. 

Tidak punya pilihan, Tally pun terpaksa pergi mencari Shay ke alam bebas, ke tempat-tempat yang tidak pernah Tally pikir akan ia datangi dan menemukan ada banyak hal yang tidak pernah Tally duga akan ia jumpai.

Kesan saya (mengandung spoiler)

Baca buku ini rasanya seperti gado-gado, ada bagian-bagian yang seru, ada bagian-bagian yang membosankan dan bikin lama bacanya, ada bagian-bagian yang bikin mengerutkan kening. Ada bagian-bagian yang tidak masuk akal. 
  
Secara keseluruhan buku ini cukup menarik, ide cerita cukup orisinal dengan tema pembagian golongan atau kelas dalam masyarakat saat itu berdasarkan rupa & fisik. Jadi pemerintahan dalam universe Uglies “mengendalikan” masyarakatnya dengan memberikan mereka fisik rupawan dan kehidupan yang menyenangkan seperti pesta-pesta dan juga orang-orang tidak perlu bekerja keras agar masyarakatnya gampang diatur. Tapi bagaimana mungkin hanya dengan rupa cantik dan pakaian bagus serta makanan yang cukup akan membuat manusia puas?

Review saya yang berikut adalah spoiler, silakan highlight bila Anda ingin baca.

Rupanya operasi yang dilakukan untuk mengubah kaum buruk rupa menjadi rupawan saat mereka berusia 16 tahun juga termasuk operasi untuk mengubah cara kerja otak. Operasi tersebut membuat para kaum rupawan baru berpikiran dangkal dengan pola pikir mereka adalah manusia sempurna dan hanya perlu untuk bersenang-senang, sehingga membuat mereka gampang dikendalikan oleh pihak penguasa. 

Hal ini dilakukan agar kejadian buruk yang terjadi dalam sejarah manusia tidak terulang pada mereka, seperti perang, kejahatan dan pengrusakan alam akibat ulah manusia. Para penguasa mengatur agar mereka tetap terkendali dengan menjadikan mereka kaum rupawan agar tidak ada kesenjangan sosial antar umat manusia. 

Karena setting dunia dalam Uglies adalah futuristik, banyak bertebaran benda-benda high tech yang canggih, macam Hover Car (mobil terbang), Hover Board (papan selancar terbang) bertenaga surya, alat pemurni air, dan para manusia dalam Uglies tidak menggunakan alam hidup untuk menopang kehidupan mereka, karena itu tidak ada daging, yang ada makanan yang terbuat dari berbagai jenis serat sebagai pengganti daging, dan tidak ada pohon benaran di kota kaum rupawan dan  buruk rupa tinggal, sepertinya hal ini dikarenakan sejarah kerusakan alam yang parah. 


Sayangnya saya berasa ada sesuatu yang kurang di buku ini, mungkin eksplorasi atau perasaan  Tally sebagai remaja perempuan kurang digali oleh pengarang atau karena ini menggunakan POV orang ketiga bukan pertama sehingga saya jadi kurang merasakan emosinya Tally yah? Padahal Tally banyak mengalami kejadian sejak Shay lari dari asrama. Terus di awal saya bilang ada bagian yang membosankan, yaitu mengenai deskripsi lingkungan dan tempat yang terlalu berusaha untuk mendetil tapi yang ada malah jadi kepanjangan dan bertele-tele. 

Untuk karakter, saya cukup oke dengan karakter Tally, Scott Westerfield di awal menceritakan dia hanya gadis remaja biasa yang  terobsesi untuk segera dioperasi agar bisa menjadi kaum rupawan, namun dalam perjalananannya mencari Shay, kita bisa melihat perkembangan karakter Tally dan ternyata Tally tidaklah sedangkal seperti yang kita kira di awal, dia cukup cerdas dan setia kawan. Bagusnya buku ini juga mengangkat tema persahabatan sejak awal hingga akhir cerita dan karena ini adalah YA tentunya  ada bumbu romance. 

Adegan memorabel, mungkin yang waktu Tally dan Shay melihat majalah-majalah zaman dahulu saat dunia belum hancur di mana semua orang-orangnya buruk rupa dan ada seorang model di majalah itu yang paling menyerupai kaum rupawan, saya nyengir sendiri membaca percakapan Shay & Tally yang merasa keheranan kenapa model di foto itu sangat kurus dan tampak seperti orang kelaparan dan kenapa mereka mau difoto dengan pakaian dalam  😀 –> sepertinya ini sindiran pengarang akan gaya hidup masyarakat saat ini. Dan walaupun cerita ini membahas bahwa dunia masa depan, yang masyarakatnya juga ingin menjadi cantik karena oplas, namun cerita buku ini justru membawa pesan yang berkebalikan, dimana bahwa pikiran manusia yang menginginkan hanya menjadi cantik dari luar justru terlihat dangkal bila dibandingkan dengan kecantikan yang terpancar dari dalam. 

THE TIME TRAVELER’S WIFE

✮✮✮½
  • Judul Buku  : Istri Sang Penjelajah Waktu
  • Pengarang    : Audrey Niffenegger
  • Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Baca ringkasan cerita singkat di cover belakang buku sebenarnya udah sangat jelas kalau cerita ini akan berakhir sedih (terjadilah kisah cinta yang indah hingga ajal memisahkan mereka) Udah ada kata ajalnya, jadi udah bisa nebak gambaran endingnya bakal seperti apa.
Setelah sebelumnya cuman berkutat baca romance fairy tale dengan happily ever after ending ala Harlequin, saatnya baca cerita romance yang real dan lebih bermutu, walaupun banyak unsur science-fiction, ceritanya cukup mengharukan, terutama menjelang bab-bab akhir, tentang istri yang setia menunggu suaminya yang mempunyai gen yang membuatnya dapat menjelajah waktu tanpa bisa mengendalikannya. 


Satu hal yg unik disini, walaupun Henry dapat menjelajah waktu dan bahkan mengetahui masa depannya, dia tidak dapat mengubahnya.  Selain itu Henry juga tidak bisa mengendalikan kemampuannya dalam menjelajah waktu, dia bisa tiba-tiba menghilang dan muncul di suatu tempat yang tidak dia kehendaki (misal di tengah salju atau dalam kandang) dan dalam keadaan telanjang pula sebab bajunya tidak bisa ikut menjelajah waktu 😀

Bacanya sih ngga sampe ketagihan tapi juga ngga membosankan, ada 2 POV,yaitu Henry dan istrinya Clare. Cerita dikisahkan sejak Clare masih kecil dan bagaimana dia bertemu bertemu Henry yang sedang balik ke masa lampau karena faktor genetiknya yang bisa menjelajah waktu.  Kalau dipikir rada aneh juga sih kisah buku ini karena ada pria dewasa dalam keadaan telanjang yang tiba-tiba muncul didepan anak kecil, walaupun anak kecil itu adalah istrinya di masa depan, tapi jadi ada kesan pedofil. 

Dan saya sangat setuju dengan salah satu reviewer missririz di goodreads mengenai romance dalam buku ini  yang lebih terkesan nafsu daripada cinta. Atau mungkin karena pengarang memang menjabarkannya seperti itu. Henry dan Clare adalah 2 karakter yang apa adanya tanpa dibuat menjadi flawless dan interaksi mereka sangat sehari-hari dan apa adanya. Tidak ada istilah bahasa puitis atau romantis dan emosional untuk menggambarkan hubungan dan interaksi mereka. Namun hubungan mereka lebih digambarkan dari interaksi mereka sehari-hari, apakah itu interaksi seksual, interaksi percakapan sehari-hari, interaksi pertistiwa, interaksi dengan karakter-karakter lain dan lain sebagainya.