CHEEKY ROMANCE: CHICKLIT DENGAN CITA RASA (DRAMA) KOREA

Saya sengaja memilih Cheeky Romance untuk saya posting pada tanggal 14 Februari yang juga merupakan Valentine Day. Mengapa? Karena selain ceritanya romantis, saya juga ingin memposting review buku yang judulnya ada kata romance atau love, dan saya juga ingin mengucapkan:
♥♥♥
Source  (err moga-moga gifnya ngga provokatif #penyukabromance) 


Judul: Cheeky Romance
Pengarang: Kim Eun Jeong
Penerbit: Haru
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Penyunting: NyiBlo
Layout: Dedy Andrianto
Jumlah Halaman: 450 Halaman
Segmen: Dewasa Muda, Remaja
Genre: Korean Literature, Romance, Drama, Humor
Harga: Rp 52.000 (20% off from Rp 65.000), beli di bukabuku
Rate : ★★★★ (4 of 5 stars)

Dokter Nasional vs Ibu Hamil Nasional
Nama: Yoo Chae
Umur: 27 Tahun
Pekerjaan: Reporter

Mengapa kesialan selalu akrab dengan diriku. Pertama-tama, pacarku Hee Jae selingkuh dengan seniorku sendiri. Karena kesal, aku iseng-iseng menulis makian terhadap Hee Jae pada situs jejaring kantorku, tapi seperti yang kubilang, kesialan menyukai diriku, karena entah bagaimana tiba-tiba saat aku sedang menulis kata-kata makian itu, komputer kantorku mendadak ngehang dan tulisan yang sebenarnya ingin kuhapus itu justru malah berbalik muncul di status jejaring kantorku, dan sial akibatnya aku mendapat teguran sana-sini karena masalah itu. 

Tapi tunggu dulu, itu bukan puncak kesialanku, saat aku sedang melakukan tugas peliputan wisata kuliner yang juga disiarkan secara langsung di TV nasional, tiba-tiba saja muncul orang gila yang mengaku sebagai dokter dan memarahiku hanya karena aku memakan makanan yang dianggap berbahaya untuk ibu hamil. Yang benar saja, sejak kapan aku hamil? Dokter gila itu pasti matanya buta dan salah mengira aku dengan orang lain. Tapi masalahnya adegan itu sudah terlanjur tersebar dan dilihat hampir seluruh masyarakat Korea. Dan yang  yang paling sial, semua orang percaya pada perkataan dokter sinting itu dan malah memberiku julukan ibu hamil nasional. Aku benar-benar dalam masalah besar. 

Nama: So Yoon Pyo
Umur: 31 Tahun
Pekerjaan: Dokter spesialis kandungan. 
Bila ada 1 tindakan yang sangat kubenci dari wanita hamil adalah wanita yang ingin membunuh bayinya sendiri dengan cara menggugurkan kandungannya. Bagaimana mungkin ada wanita yang bisa begitu tega terhadap calon anaknya sendiri. Karenanya, aku sudah tidak suka dengan perempuan tersebut saat aku tidak sengaja mendengar percakapan bahwa ia ingin menghapus bayinya sendiri. 

Karena itulah aku sangat marah saat melihat perempuan itu lagi di sebuah restoran, tanpa rasa berdosa dengan santai dia menyantap kacang merah, ikan fugu dan minum minuman beralkohol. Astaga, perempuan itu benar-benar keterlaluan atau bodoh? Apa dia tidak tahu kalau semua makanan dan minuman itu sangat berbahaya bagi janin. Dan sebagai dokter kandungan profesional, aku So Yoon Pyo tidak akan membiarkan tindakan ceroboh itu terjadi di depan mataku sendiri. 

Tiga Unsur Drama Korea: Ribut, mesra, dan manis seperti gula. 
Membaca buku Cheeky Romance serasa menonton sebuah drama Korea. Jujur, saya termasuk tipe yang biasa saja dengan Hallyu Wave atau popularitas para Idol Pop Korea. Kalau ditanya siapa seleb Korea favorit saya, maka mungkin saya akan menjawab, “tidak tahu” dan dibanding mengidolakan boyband, saya lebih suka ditanya drama Korea atau lagu Korea apa yang saya suka. Jadi intinya, saya biasa saja sih sama segala hal yang berbau K-Pop, tidak benci dan tidak ngefans juga, hehehe. 
Akhir-akhir ini saya lagi demen nonton Running Man, itu lho sebuah acara variety show populer di Korea. Running Man suka mengundang para artis dan pop idol sebagai bintang tamu di acara tersebut. Beberapa bintang tamu sukses membuat saya jadi penasaran untuk menonton drama yang mereka mainkan. Salah satunya adalah Good Doctor. 
By the way, Good Doctor is one of the top recommended Korean Medical Drama in 2013, good acting, good music and good storyline. Beberapa tahun ini saya jarang nonton drama Korea karena suka merasa bosan di 2-3 episode pertama, terutama yang kelewat serius dan banyak ngomongnya meski pemerannya para aktor dan aktris senior yang sudah top, tapi Good Doctor berhasil bikin saya betah nonton sampai episode terakhir. Kemasannya mungkin medical drama, tapi intinya tentang memperlakukan dan memberi setiap orang kesempatan yang sama dan sejajar walau orang tersebut cacat.
Back to topic. selesai nonton itu, mendadak mood saya jadi pengen baca buku yang berbau Korea dan tokoh yang profesinya dokter. Dan kebetulan saya ada beberapa novel Korea asli (yang penulisnya memang orang Korea) yang masih ditimbun. Setelah saya pertimbangkan, saya pilih Cheeky Romance sebagai bacaan Asia pertama saya di tahun 2014 ini. Saya tertarik karena unsur komedi dan juga cowoknya yang profesinya dokter kandungan. Kalau dokter spesialis lain mungkin sudah biasa, tapi cowok yang profesinya dokter kandungan? Itu hal baru bagi saya.
Untunglah Cheeky Romance tidak mengecewakan, sekiranya bagi saya. Saya sama sekali belum pernah baca karya penulis Korea sebelumnya, jadi sempat waswas juga takut gaya bahasanya bakal terasa aneh. 
Untuk awal-awal, memang gaya bahasanya agak beda dari novel-novel terjemahan karya penulis bule namun seiring membaca lembar demi lembar, saya jadi terbiasa dan bahkan merasa familiar karena cara penuturannya mengingatkan saya akan beberapa drama Korea. Bukan cuma itu sifat para tokohnya pun terasa sangat drama Korea, adegan berantemnya, rusuhnya, konyolnya, saling sindir, dll. Pokoknya buku ini seperti bentuk text dari drama Korea. 
Dan juga mengapa saya bilang buku ini chicklit? Karena memang ceritanya standar chicklit. Karakter ceweknya (Yoo Chae) awal-awal digambarkan loser. Meskipun berprofesi reporter, tapi ia cenderung diremehkan karena sering tidak mampu menahan emosi dan belum mampu mendapat program acara tetap di stasiun TV tempatnya bekerja. Belum lagi sering tertimpa kejadian yang memalukan karena ulahnya sendiri yang membuat dia jadi bahan tertawaan orang-orang.
Sementara cowoknya (Yoon Pyo) kecuali sifatnya yang tidak sabaran dan kadang bertindak gegabah, boleh dibilang termasuk karakter yang sempurna. Para suster di rumah sakit tempat ia bekerja menjulukinya All Kill. Karena selain ia dokter yang sangat cekatan dan telaten dalam mengurus para pasiennya, ia juga tampan dan tentu saja kaya (secara dokter spesialis yang pasiennya paling banyak githu lho) Nah sudah sesuai dengan rumusan novel chicklit atau Harlequin kan? Tapi yang saya suka adalah, semua kekerenan si cowok dituturkan secara natural atau subtle, ngga digambarkan secara lebay sebagaimana yang suka ada dalam novel romens bule malah cowoknya juga kebagian adegan konyol (dan masih gara-gara yogurt #LOL).
Alert: These parts may contain spoiler.
 
Benci – Musuhan – Sering Ketemu – Jadi Temen – Saling Suka – Jadian – Salah Paham – Putus – …. (baca sendiri)
Kurang lebih seperti itulah plot novelnya. Moga-moga saya tidak spoiler ya. Memang plotnya klise, tapi saya suka karena pengemasannya kocak dan sukses memancing tawa saya saat membaca kejadian-kejadian konyol dan memalukan yang menimpa Yoo Chae (misalkan gara-gara yogurt) LOL.

Sweet as Cupcake

Namun berbeda dengan romens terjemahan penulis Barat yang cenderung sangat intim secara fisik, mungkin karena segmen novel ini sendiri lebih ke dewasa muda dan ditulis dengan gaya timur, saya lebih merasa nyambung dengan hubungan percintaan atau interaksi antara Yoo Chae dan Yoon Pyo. Tidak ada adegan hot yang bikin saya sampai kipas-kipas tapi yang ada malah adegan manis yang bikin saya merasa seperti makan kue tart. 

Misal adegan dari halaman 318:
“Apanya yang lucu? Aku bertanya karena benar-benar penasaran,” Yoo Chae menyahut dengan sebal. Tiba-tiba, Yoon Pyo menempelkan tangannya di pipi Yoo Chae. Rasanya seperti terkena angin musim semi yang hangat di tengah udara dingin pagi itu. Begitu mendapat kehangatan dari tubuh Yoon Pyo, seluruh tubuh Yoo Chae rasanya meleleh. 

“Terima kasih karena kau ada di sini.”

Yoon Pyo semakin mendekat dan mencium pipi Yoo Chae dengan lembut. 

Lalu adegan hal 319:

Seandainya saja Yoo Chae bisa lebih tenang mendengar perkataannya itu. Yoo Chae tersenyum kaku. Yoon Pyo menarik tangan Yoo Chae ke atas persneling dan memegangnya erat.
“Memang aku yang menyetir, tapi kau bisa ikut mengendalikannya. Tidak hanya saat ini tapi untuk ke depannya juga. Tidak hanya saat menyetir, tapi di waktu-waktu lain juga. Tidak akan ada hal lain yang bisa mengubah hal itu, kecuali diri kita sendiri.
Untuk saya pribadi daripada adegan yang bikin saya kipas-kipas, saya lebih suka adegan yang bikin saya meleleh karena merasakan kelezatan kue red velvet. #lebay
Mungkin satu-satunya yang saya kurang suka adalah epilognya yang terlalu disney happily ever after and everyone get what they want.
Seandainya saja tidak ada epilog dan cerita cukup berakhir sampai halaman 435, mungkin novel ini akan meninggalkan jejak lebih lama di benak saya. Saya akui, saya memang agak masokis kalau menyangkut ending 😛
Visualisasi 

Karena dari tadi saya omongin drama Korea, rasanya tidak lengkap kalau saya tidak membahas seandainya novel ini bakal dijadikan drama TV dan memang saya juga ada dengar kabar kalau novel ini juga bakal diangkat menjadi sebuah drama. 
Saya hanya akan bahas 2 pemeran utama saja di sini ya, karena bakal panjang kalau saya bahas detil. Pertama pemeran Dokter So Yoon Pyo. Saya tidak akan memasang anggota boyband sebagai tokoh, karena saya ingin yang lebih ke aktor watak.
Banyak yang membayangkan aktor Song Joong Ki sebagai pemeran Dr. So Yoon Pyo:
Song Joong Ki
Joong Ki juga pernah berperan sebagai mahasiswa kedokteran dalam drama The Innocent Man. Tapi kok saya kurang setuju yah. Wajah Joong Ki terlalu kalem, lembut dan serius untuk karakter Yoon Pyo yang tidak sabaran dan cenderung usil.
Karena itu pilihan saya beralih ke Joo Won untuk sekali lagi memerankan karakter dokter.
Joo Won
Selain cakep, Joo Won punya senyum menawan dan kantong mata yang lucu, selain itu Joo Won juga telah banyak memainkan berbagai jenis peran. Mulai dari pembuat roti, polisi, detektif sampai dokter autis yang punya otak jenius namun memiliki kepribadian anak umur 10 tahun. My only problem with Joo Won, he is too young to play as Dr So Yoon Pyo . Since his age only 26 while Dr So already 31 years old. So I guess I will move to older actors.
Saya punya 2 kandidat Oppa untuk bermain sebagai Dr So, yaitu aktor Hyun Bin (31 tahun) dan Lee Dong Wook (32 tahun). 
Hyun Bin (31 tahun)

Lee Dong Wook (32 tahun)
Keduanya punya killer smile yang bisa bikin jantung wanita jadi deg-degan dan tatapan yang kadang jahil. Tapi sejujurnya waktu saya baca Cheeky Romance, tidak ada satu pun dari ke empat aktor namja tersebut yang ada dalam bayangan saya. Saya malah membayangkan aktor Jae Hee sebagai Dr. So. 
Jae Hee
Mengapa saya membayangkan Jae Hee sebagai Dr So, mungkin karena saya teringat akan perannya sebagai Lee Mong Ryong dalam drama Sassy Girl Chun Hyang (masih pada ingat?) Tuh drama auranya mirip sama buku ini, 2 karakter utamanya ribut melulu, trus kalau adegan mesra juga manis banget dan ada adegan catch me if you can juga. 
Maybe you wondering, why I’m not put Lee Min Ho? Well let’s give Lee Min Ho a break, he just at The Heirs, right? Kayaknya saya sudah terlalu panjang bahas aktor, sekarang ke pemeran ceweknya alias Yoo Chae. Saya cuma teringat 2 nama saja yang kebetulan umurnya sama-sama 27 tahun, pas untuk memerankan tokoh Yoo Chae. 
Kandidat nomor 1 adalah aktris Han Hyo Joo:
Han Hyo Joo
Han Hyo Joo bisa tampak cantik juga konyol, karena itulah saya memang membayangkan Han Hyo Joo sebagai Yoo Chae saat membaca Cheeky Romance. 
Aktris kedua yaitu salah satu aktris yang juga bermain dalam Briliant Legacy bareng Han Hyo Joo, yaitu aktris Moon Chae Won dan kebetulan Moon Chae Won pernah berpasangan dengan Song Joong Ki (The Innocent Man) dan Joo Won (Good Doctor), jadi secara chemistry sudah teruji. 
Moon Chae Won
Eniwei busway, saya sudah terlalu panjang bahas casting drama Korea. Pokoknya kalau kalian suka nonton drama Korea atau ingin baca buku comedy romantis yang ceritanya beneran manis seperti madu, saya sarankan baca buku ini deh. 
Buku ini saya sertakan untuk untuk RC:

BOOK REVIEW: THE FAULT IN OUR STARS

★★★★
Judul Buku: The Fault In Our Stars (Salahkan Bintang-Bintang)
Pengarang: John Green
Penerbit: Qanita (Mizan Group)
Jumlah Halaman: 423
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Segmen: Remaja, Dewasa-Muda
Genre: Drama, Realistic Fiction, Romance
Harga: 49.000 (diskon 30%, jadi Rp 34.300)

The Fault In Our Stars salah satu buku yang gaungnya banyak saya dengan sejak 2012 kemarin. Bukan hanya secara lokal tapi juga international. Sebut saja tumblr, yang banyak sekali mereblog gif set dari sang pengarang, John Green. Selain itu John Green juga banyak dipuja-puji karena menulis buku young-adult yang diluar standar kebanyakan young-adult, yang akhir-akhir ini banyak mendapat kritikan karena isinya yang “kurang bergizi”. 

Nah berbicara soal bukunya sendiri, The Fault In Our Stars, selanjutnya saya singkat saja TFIOS juga punya rating yang termasuk top atau elit di goodreads, ratingnya yaitu 4.5 dari 390.000 users lebih. So, I’m curious to read it. 

Setelah saya searching sekilas, ternyata TFIOS itu berkisar tentang kanker. Hmmmm, sejujurnya buku yang membahas tentang penyakit, apalagi kanker, bukanlah buku favorit saya. Karena: 1. Saya memang tidak suka tema serius yang bisa bikin sedih atau depresi. Karena bagi saya, baca buku itu untuk escapism alias senang-senang dari dunia yang terkadang tidak menyenangkan, jadi mengapa memilih tema yang justru bikin sedih. 2. Beberapa orang yang saya kenal, banyak yang kalah dan meninggal saat berjuang melawan penyakit itu. Jadi saya tidak mau mengingat-ingat apa saja yang telah dilakukan oleh penyakit tersebut. Tapi, karena rating dan puja-puji itu plus banyak remaja yang suka dengan buku yang bertema serius ini, saya penasaran juga. Apa sih yang membuatnya begitu spesial dan istimewa dibanding buku-buku bertema sejenis lainnya.

The Story

Hazel Grace, seorang remaja berusia 16 tahun yang divonis menderita kanker tiroid. Penyakit tersebut juga telah menyebar ke paru-parunya yang membuat Hazel sulit bernafas dan terpaksa mengenakan alat bantu pernafasan berupa selang dan tabung oksigen yang harus dibawa kemana pun Hazel pergi. 

Saat menghadiri pertemuan anak-anak penderita kanker, Hazel bertemu dengan Augustus Waters, sesama penderita kanker juga, yaitu osteosarkoma yang telah membuat Augustus kehilangan satu kakinya. Augustus yang tampan dan selalu bersikap positif membuat Hazel jatuh cinta padanya. 

Augustus meyakinkan Hazel, bahwa ia bisa pergi ke Amsterdam untuk bertemu dengan penulis favorit Hazel, yaitu Peter Van Houten. Bersama-sama Hazel dan Augustus mencari jalan untuk bisa mewujudkan keinginan tersebut.

jadi bagaimana caranya Hazel dan Augustus bertemu dengan Peter Van Houten?

My Thought

So, is it true? Is it true, this is tearjerker book as they said? Well, maybe the answer is depend on your mood when you read it. I’m not cry but almost cry and I feel so sad while I close the book. I always say that I love the book about star crossed-lovers, but I correct it. No, I don’t like if the star crossed-lovers such as illness played in the book. Because I know the ending usually sad and tragic and it just remind me that’s how real life could be. But we must face it. 

Tapi juga sulit bagi saya untuk tidak berkata bahwa ini buku yang indah. Bagaimana John Green dengan gaya bahasanya yang penuh kata-kata lucu dan juga witty berhasil membuat tema serius menjadi menghibur dan penuh filosofi. 

Kekuatan novel ini, terutama ada pada karakter-karakternya, Hazel dan Augustus. Mungkin untuk sebagian pembaca, gambaran Hazel dan Augustus terlalu sempurna sebagai 2 remaja penderita kanker yang sedang sekarat. Mengapa terlalu sempurna? Karena mereka, terutama Augustus sangat memandang positif kehidupan. Meski dunia sangat tidak adil terhadap mereka. Padahal kenyataannya jarang yang bisa seperti itu. Tapi ini adalah buku fiksi dengan karakter fiktif jadi cukup pakai dan gunakan imajinasi kita. 

Gambaran sempurna itu sangat terasa pada sosok Augustus Waters. Tidak heran, kalau tahun 2012 kemarin, banyak anak BBI yang memilih Augustus sebagai kriteria pacar ideal. Saya pun menganggap begitu. Augustus yang selalu bersemangat, riang, jenaka dan gemar bermerafora, terutama dengan perumpamaan rokok yang dianggap tidak berbahaya selama apinya tidak dinyalakan. Ah, andaikan di luar sana ada seorang Augsutus Waters (yang dalam keadaan sehat tentunya) yang menunggu saya, betapa bahagianya hati saya #lebaysebentar. Augustus tahu bagaimana caranya membuat suasana hati seseorang menjadi lebih baik. Berikut ini kalimat-kalimat dari Augustus yang saya suka:

“Aku selalu berpikir dunia adalah pabrik pewujud-keinginan.” ~hal. 150

“Sadarlah bahwa berupaya menjaga jarak dariku tidak akan mengurangi kasih sayangku terhadapmu.” ~hal. 167

“Kepedihan menuntut untuk dirasakan.” ~hal.89

“Oh, aku tidak akan keberatan, Hazel Grace. Akan merupakan keistimewaan jika kau mematahkan hatiku.” ~hal.298

“Kisah-kisah kepahlawanan kita akan terus bertahan selama masih ada suara manusia.” ~hal.273

 “Aku akan memeranginya. Aku akan memeranginya untukmu. Jangan mengkhawatirkanku, Hazel Grace. Aku baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk terus bertahan dan menjengkelkanmu untuk waktu yang lama.” ~hal.288

“Kau tidak bisa memilih apakah kau akan terluka di dunia ini, Sobat Lama, tapi kau bisa ikut menentukan siapa yang melukaimu. Aku menyukai pilihan-pilihanku. Kuharap Hazel menyukai pilihan-pilihannya.” ~hal.418

Seperti yang saya bilang, kelebihan novel ini ada di gaya bahasanya yang witty dan penuh humor. John Green mengajak pembaca untuk memandang penderita kanker sebagai manusia normal yang juga punya impian, cita-cita (diluar kesembuhan mereka), hasrat, dan keinginan duniawi lainnya alih-alih orang cacat yang patut dikasihani karena penyakit mereka. Dan mereka ingin dikenang bukan hanya karena perjuangan mereka melawan kanker, tapi hal-hal lain yang mereka lakukan semasa hidup mereka. 

Ngomong-ngomong, soal John Green, seperti apa sih dia?


OK, sepertinya John Green sama eksentriknya seperti Peter Van Houten. Saya lanjutkan pembahasannya. Saya rasa pesan moral buku ini seperti yang dikatakan Hazel Grace di halaman 281:

“Aku percaya kau punya pilihan di dunia ini mengenai cara menceritakan kisah sedih, dan kami memilih cara yang lucu.”

Dan memang begitulah cara John Green menuliskan kisah dalam buku ini, dia meramu cerita sedih secara riang dan penuh canda yang sukses membuat pembaca merasakan berbagai emosi seperti tawa dan sedih. Selain itu yang saya suka, John Green tidak melupakan unsur drama keluarga. Saya suka deh sama keluarganya Hazel maupun Gus yang sangat supportif. Selebihnya saya akan kembali menulis quote-quote memorable dari buku ini yang saya suka:  

“Hanya ada satu hal di dunia ini yang lebih menyebalkan daripada mati gara-gara kanker di usia enam belas, yaitu punya anak yang mati gara-gara kanker.” ~Hazel Grace, hal. 15

“Jika kau khawatir dilupakan untuk selamanya oleh manusia, aku mendorongmu untuk mengabaikannya saja. Tuhan tahu, itulah yang dilakukan semua orang lainnya.” ~Hazel Grace, hal. 23

“Semua orang begitu baik. Juga kuat. Di hari-hari terkelam, Tuhan meletakkan orang-orang terbaik dalam hidupmu.” ~hal. 42

“Tanpa penderitaan, bagaimana kita bisa mengenal kebahagiaan?” ~hal.52 (entah mengapa saya teringat salah satu quote dalam Delirium yang juga mirip)

“Cinta sejati lahir dari masa-masa yang berat.” ~hal. 40 

“Terkadang itulah hal terburuk dari menderita kanker, penyakit itu memisahkanmu dari semua orang lainnya.” ~hal. 195

“Beberapa turis menganggap Amsterdam sebagai kota kebebasan, dan sebagian orang menemukan dosa di dalam kebebasan.” ~hal. 211 

“Pasti kau tahu kalau hanya ada dua emosi, yaitu cinta dan ketakutan.” ~hal 254

“Dorongan untuk menciptakan seni atau merenungkan filosofi tidak hilang ketika kau sakit.” ~hal 285

“Kau akan…kau akan…menjalani kehidupan terbaikmu hari ini. Inilah peperanganmu sekarang.” ~Hazel Grace, hal. 290-291

“Ketidaktahuan adalah kebahagiaan.” 

Terjemahan

Kalau ada satu hal yang ingin saya protes, itu adalah terjemahan TFIOS yang menurut saya kaku dan tidak luwes. Bila anda secara pasif sudah paham bahasa Inggris, saya sarankan baca edisi aslinya saja daripada terjemahannya. Saya akan kasih contoh beberapa kekakuan bahasa yang saya rasakan selama membaca buku ini:
  • Kacamata matahari,  saya sampai mikir beberapa kali, apa itu kacamata matahari. Dan kalau diinggriskan, kacamata matahari itu adalah sun glasses. Tapi sun glasses sendiri kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia bukanlah kacamata matahari melainkan kacamata hitam
  • Taman bermain bertema, mungkin Inggrisnya Theme Park. Tapi menurut saya cukup taman hiburan. Lebih tidak kaku. 
  • Komputer genggam, saya juga mikir apa yang dimaksud komputer genggam di sini? Apakah tablet atau handphone? Atau gadget lain?

Begitu pula beberapa kalimat lain yang terasa janggal bila diucapkan dalam bahasa Indonesia, John Green mengemas gaya bahasanya dengan witty, karena itulah menerjemahkannya pun harus bisa ikutan witty. 


Terus gambar-gambar hati yang ada di tiap pojok halaman, ngga banget deh. Selain menggangu baca, gambar-gambar hati tersebut juga terkesan norak dan lebay. Biarkan saja halaman novel itu polos tanpa gambar-gambar tidak penting. Dan untuk covernya, jangan bandingkan dengan yang edisi asli, karena jelas yang terjemahan kalah jauh, walaupun sama-sama biru. 

BTW, semua mungkin sudah pada tahu, kalau buku ini akan diadaptasi ke film. Beberapa pemerannya sudah ditetapkan, yaitu: 


Saya sih oke-oke saja sama Shailene Woodley sebagai Hazel, walau kalau menurut gambaran Augustus di buku, wajah Hazel itu lebih mirip Natalie Portman, dan aktris muda yang mirip Natalie Portman menurut saya adalah:
 
Untuk pemeran Augustus Waters adalah:
Ansel Elgort
Dan pemeran Isaac, teman Gus dan Hazel, adalah :
Nat Wolff
Yah, cowok-cowoknya eye candy sih ^_^

BTW, saya baca buku ini barengan sama Indah dari Indah’s Books Dreamland.

PERFECT CHEMISTRY (PERFECT CHEMISTRY #1)

✮✮✮✮
Judul Buku : Perfect Chemistry
Pengarang : Simone Elkeles
Penerbit : Terakota

Akan kuceritakan kisah romantis padamu,(terlalu membosankan bo, jadi gue ganti aja yah gaya reviewnya jadi free style alias gaya bebas, hehehe). 

Oke darimana saya harus mulai (*pengakuan gue dulu aja kali yeh*)
  1. Saya sangat telat baca buku ini, saat orang-orang (khususnya teman-teman GRI) lagi pada heboh-hebohnya bahas buku ini, saya baru memasukkan buku ini ke dalam buy list saya dan untunglah sebelum buku ini ditarik kembali dari peredaran, saya sudah sempat membelinya. (Better late than never)
  2. Apa keistimewaan buku ini sampai pada dihebohkan dan sampai saya bisa kasih 4 stars padahal temanya standar aja, saya akan bahas point-point sotoy saya dibawah. 
  3. Alasan saya suka sama buku ini dan kasih rate tinggi karena Perfect Chemistry mengembalikan feel saya yang sempat hilang *bahasa apa sih gue* akan romantisme dan optimisme cinta remaja  akibat beberapa buku YA yang saya baca belakangan ini,  bagian romensnya terasa datar dan kurang chemistry (sorry yah, cuma pendapat pribadi, *curcol bentar* sejak taon kemaren, gue sempet mikir kalau gue udah bosan sama tema romantis, rada aneh karena mengingat buku-buku romantis dari lini Harlequin itu lah yang pertama kali bikin gue jadi suka baca novel *sebelumnya bacaan gue komik, ya mungkin ada juga novel-novel detektif macam STOP dan horror kayak Goosebumps tapi utamanya tetep komik, mulai ngalor ngidul* tapi gue rasa, gue cuma jenuh dan butuh variasi bacaan aja cuma sialnya bacaan YA yang gue baca belakangan ini, nyaris eksekusi bagian romensnya gue komplen semua yang berakibat gue jadi skeptis sama bagian cinta-cintaan di semua genre )
  4. Saya baca buku ini dengan ekspektasi biasa, karena beberapa kali buku yang saya baca dengan ekspektasi tinggi justru gagal memenuhi harapan saya, dan untunglah hal tersebut tidak kejadian pada buku ini, yang ada justru sebaliknya (it’s far better than I expected)
Tema buku ini benernya standar aja dan banyak dijumpai dalam buku-buku YA macam :
– High school life. 
Alex dan Britanny murid SMU berusia 18 tahun yang berusaha menyelesaikan tahun   terakhir mereka di SMU dan dibebani dengan PR dan tugas-tugas sekolah. 
– Star-crossed lovers. (Bad boy and good girl, cliche huh)
Alex, pemuda latino mexico miskin, anak genk, tangannya penuh tatto, suka berkelahi dan selalu terlibat masalah yang bisa mengancamnya masuk penjara sedangkan Britanny, cewe baik-baik dan populer dari keluarga kaya, kapten cheer leader yang selalu berusaha tampil sempurna dan sebisa mungkin menghindari berurusan sama yang namanya anak genk macam Alex, cuma   karena di kelas kimia mereka berdua terpaksa dipasangkan. Alex pun yang mulanya memandang remeh Britanny tapi karena diajak taruhan sama temannya, maka dia coba menggaet Britanny. 
– Hate you but then I love you 
Selalu berawal dari prasangka buruk yang berlanjut ke sexual tension lalu saling rindu terus saling cinta dan berikutnya saling buka-bukaan #eh
– Macho guy 
Bad boy, ganteng, jaket kulit, otot bisep dan trisep, what can I say?
– Tough heroine 
Karena cewenya bisa bales ngerjain cowonya dan bakal ngelawan balik kalau ada yang ajak berantem, selain itu ngga apa-apa buat cewe kalau mau move duluan ke cowonya *contoh yang bagus dan harus ditiru*

Selain itu apa kelebihannya dari buku-buku YA lain :

– Saya suka sama bagaimana pengarang mendeskripsikan para tokohnya, terutama hero dan heroine-nya.Walaupun keduanya digambarkan kuat, tangguh, cerdas, cool tapi ngga nyebelin dan jauh dari kesan sempurna. Masing-masing harus nanggung beban keluarga, dan mati-matian melindungi anggota keluarga yang mereka sayangi, jadi masing-masing ada pergumulan batin yang harus dihadapi. Jujur aja buat saya pribadi, saya selalu respek sama tokoh utama yang : 1. ngga egois 2. family oriented. Jadi teringat sama Katniss Everdeen dan Meghan Chase yang rela menceburkan diri dalam bahaya demi adik mereka. 
Family matters, balik lagi ke masalah personal taste, dan karena saya juga suka ngalamin family matters somehow I feel connected with their situation, dan kadang family matters ini suka terlupakan di beberapa buku YA. 
Tidak ada kalimat yang bertele-tele dan bahasa kiasan yang lebay. Kalimat berbunga-bunga atau metafora tak penting. Plot, narasi dan dialog berjalan secara natural dan apa adanya tanpa basa-basi ngga penting. Bukannya saya ngga suka bahasa puitis tapi kadang bahasa puitis membuat cerita jadi terasa tidak nyata dan lebih dipakai buat sekedar manjang-manjangin plot aja. Romantis kan ngga selalu harus lebay atau cheesy. 
Friendship matters, saya suka dengan bahasan persahabatan dalam buku ini. Buku ini ngajarin kalau kita dapat teman baru, jangan tinggalkan teman lama kita tapi ajaklah teman baru dan teman lama kita saling berteman juga, tidak perlu memilih salah satu tapi perluaslah persahabatan dan jadilah jembatan antara yang satu dengan yang lain.
Dua sudut pandang, penulis menggunakan 1st person POV (sudut pandang orang pertama) secara bergantian antara Alex dan Britanny, dan Mrs Elkeles mengeksekusinya dengan sangat baik, saat bagian Britanny, saya merasakan girlie-nya Britanny, sedangkan saat bagian Alex, terasa cowo banget lengkap dengan omongan kurang ajar khas cowok. 
Cerita yang serius dan nyata, meskipun YA, konfliknya menurut saya cukup serius dan yang terpenting terasa real

Kalau soal masalah happy disney end, saya sih ngga masalah, justru untuk buku-buku romens saya lebih suka kalau akhirnya happy disney end daripada akhiran aneh-aneh gak jelas yang bikin depresi. 

Nice quote from this book :

“Kita ini aktor dalam hidup kita, berpura-pura jadi pribadi yang kita inginkan untuk dilihat orang lain.”

Ada beberapa lagi benarnya, tapi saya lupa di halaman berapa. 

Last words untuk angelic zai-zai yang udah menerjemahkan buku ini, you are doing awesome works.  Terjemahannya sukses bikin saya jadi fans angelic zai-zai dalam hal penerjemah favorit. Begitu pula dengan Mery yang bertugas sebagai korektor yang bikin buku ini terasa nyaman saat dibaca.

THE TIME TRAVELER’S WIFE

✮✮✮½
  • Judul Buku  : Istri Sang Penjelajah Waktu
  • Pengarang    : Audrey Niffenegger
  • Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Baca ringkasan cerita singkat di cover belakang buku sebenarnya udah sangat jelas kalau cerita ini akan berakhir sedih (terjadilah kisah cinta yang indah hingga ajal memisahkan mereka) Udah ada kata ajalnya, jadi udah bisa nebak gambaran endingnya bakal seperti apa.
Setelah sebelumnya cuman berkutat baca romance fairy tale dengan happily ever after ending ala Harlequin, saatnya baca cerita romance yang real dan lebih bermutu, walaupun banyak unsur science-fiction, ceritanya cukup mengharukan, terutama menjelang bab-bab akhir, tentang istri yang setia menunggu suaminya yang mempunyai gen yang membuatnya dapat menjelajah waktu tanpa bisa mengendalikannya. 


Satu hal yg unik disini, walaupun Henry dapat menjelajah waktu dan bahkan mengetahui masa depannya, dia tidak dapat mengubahnya.  Selain itu Henry juga tidak bisa mengendalikan kemampuannya dalam menjelajah waktu, dia bisa tiba-tiba menghilang dan muncul di suatu tempat yang tidak dia kehendaki (misal di tengah salju atau dalam kandang) dan dalam keadaan telanjang pula sebab bajunya tidak bisa ikut menjelajah waktu 😀

Bacanya sih ngga sampe ketagihan tapi juga ngga membosankan, ada 2 POV,yaitu Henry dan istrinya Clare. Cerita dikisahkan sejak Clare masih kecil dan bagaimana dia bertemu bertemu Henry yang sedang balik ke masa lampau karena faktor genetiknya yang bisa menjelajah waktu.  Kalau dipikir rada aneh juga sih kisah buku ini karena ada pria dewasa dalam keadaan telanjang yang tiba-tiba muncul didepan anak kecil, walaupun anak kecil itu adalah istrinya di masa depan, tapi jadi ada kesan pedofil. 

Dan saya sangat setuju dengan salah satu reviewer missririz di goodreads mengenai romance dalam buku ini  yang lebih terkesan nafsu daripada cinta. Atau mungkin karena pengarang memang menjabarkannya seperti itu. Henry dan Clare adalah 2 karakter yang apa adanya tanpa dibuat menjadi flawless dan interaksi mereka sangat sehari-hari dan apa adanya. Tidak ada istilah bahasa puitis atau romantis dan emosional untuk menggambarkan hubungan dan interaksi mereka. Namun hubungan mereka lebih digambarkan dari interaksi mereka sehari-hari, apakah itu interaksi seksual, interaksi percakapan sehari-hari, interaksi pertistiwa, interaksi dengan karakter-karakter lain dan lain sebagainya. 

A WALK TO REMEMBER

✮✮✮½
  • Judul Buku  : Kan Kukenang Selalu
  • Pengarang   : Nicholas Sparks
  • Penerbit       : Gramedia Pustaka Utama

Saya sudah lama baca buku ini, jadi saya sudah agak lupa, seingat saya cerita ini mempunyai formula bad boy yang jatuh cinta pada nice girl. Landon cowok bengal dan anak orang kaya di sekolah jatuh cinta pada gadis lugu dan baik hati anak seorang pendeta. Awalnya Landon juga tidak bakal mengira bisa jatuh cinta sama Jamie, tipe cewek yang dianggap aneh sama semua orang karena dianggap terlalu baik. Sayangnya kebersamaan Landon & Jamie terancam ketika Jamie dinyatakan menderita Leukimia dan sekarat. (BTW saya sampai ubek-ubek lemari untuk cari buku ini dan ternyata ada, walau sudah disampul plastik tetap kuning-kuning dan kucel)

Yang saya suka dari novel-novel karangan Nicholas Sparks adalah cara dia mendeskripsikan cinta tuh benar-benar indah. Cinta tidak melulu mengenai ketertarikan fisik semata atau manisnya masa-masa pacaran tapi Sparks mendeskripsikan cinta itu unconditional. Yang dimaksud unconditional adalah cinta tanpa syarat yang tidak mengharapkan pamrih atau balasan dan bagaimana sikap pasangan ketika cinta itu diuji saat masa-masa sulit . Istilahnya cinta sejati itu mengutamakan kebahagiaan orang lain dibanding kebagaiaan diri sendiri. Berapa banyak di dunia ini yang seperti itu, bahkan boleh dibilang saya sendiri tidak percaya cinta sejati itu ada, mungkin unconditional love itu hanya kasih seorang ibu pada anaknya. Tapi untuk pasangan? 

Ada alasan mengapa di blog saya melabeli buku itu sebagai “love story” daripada sekedar novel romance, karena memang novel ini adalah cerita cinta, bukan sekedar cerita romantis atau cinta bergelora. 

BTW soal endingnya, tampaknya Sparks memang sengaja membuatnya ambigu dan meninggalkan jawabannya untuk pembaca. Saya sendiri ingin percaya bahwa mukjizat itu nyata dan terjadi.